Tak ada yang istimewa dengan “infiltrasi”, selain bahwa peristiwa itu merupakan momen ketika pertama kali air di permukaan bumi menembus muka tanah dan selanjutnya terus bergerak secara vertikal ke bawah sampai di akuifer karena gaya tarik bumi. Atau, air itu berputar lagi (perkolasi) karena tarikan akar tanaman (kapilaritas) atau proses penguapan. Namun, infiltrasi adalah proses yang sangat penting dalam siklus hidrologi karena berperan dalam pengisian air tanah (groundwater recharge), mengurangi limpasan permukaan (runoff), serta mempengaruhi ketersediaan air untuk vegetasi dan ekosistem.
Menurut Robert E. Horton, 1875-1945, yang dikenal sebagai "Bapak Hidrologi Amerika", infiltrasi adalah proses dinamis yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk karakteristik tanah dan curah hujan. Horton mengembangkan model empiris yang masih digunakan hingga kini, yaitu: f = fc + (fo – fc) e-kt. Dalam persamaan itu, f adalah laju infiltrasi pada waktu t, fo = laju infiltrasi awal, fc = laju infiltrasi akhir atau atau infiltrasi setelah konstan, k = konstanta yang berkaitan dengan karakteristik tanah, e = bilangan natural (= 2,71828), dan t = waktu yang diperlulan hingga kondisi fc. Pada prakteknya, yang diukur oleh para mahasiswa dengan alat infiltrometer adalah Dh (beda tinggi air didalam alat setelah berlangsung waktu t), Dt (perbedaan waktu awal dan saat pengukuran tinggi air), dan DV (perbedaan volume air yang dimasukkan ke dalam infiltrometer).
Sementara itu, Oscar Edward Meinzer, yang dianggap sebagai "Bapak Hidrogeologi Air Tanah Modern", 1876–1948, mengkaji infiltrasi dalam konteks air tanah. Meinzer menyoroti pentingnya porositas dan permeabilitas tanah dalam menentukan jumlah air yang dapat diserap ke dalam lapisan akuifer. Penelitiannya menjadi dasar dalam studi pengisian ulang air tanah (recharge) yang sangat relevan dalam bidang hidrogeologi; dan kini, sebagai teknik artificial recharge, untuk peyediaan sumber air maupun pencegahan banjir.
Angka atau nilai infiltrasi tanah di suatu daerah sangatlah penting untuk diketahui. Dalam industri pertambangan, angka infiltrasi sangat penting untuk mengelola air tanah dan mengurangi dampak negatif seperti genangan air pada tambang terbuka. Infiltrasi yang tinggi dapat mempercepat peresapan air hujan ke dalam tanah, mengurangi erosi, dan menghindari akumulasi air yang dapat menghambat kegiatan operasional tambang. Di bidang teknik sipil, angka infiltrasi digunakan dalam perencanaan drainase, pembangunan jalan, dan pengelolaan air hujan. Jika angka infiltrasi suatu daerah rendah, risiko banjir meningkat karena air hujan tidak dapat terserap dengan cepat ke dalam tanah. Oleh karena itu, data infiltrasi menjadi dasar dalam mendesain sistem drainase perkotaan dan konstruksi bendungan. Dalam pengelolaan air tanah, atau sumber air secara keseluruhan, dikenal artificial recharge, yaitu teknik untuk meningkatkan infiltrasi guna mengisi kembali akuifer yang mengalami penurunan air tanah. Ini melibatkan pembuatan sumur injeksi, kolam infiltrasi, atau sistem drainase yang memungkinkan air permukaan meresap lebih cepat ke dalam tanah. Teknik ini penting dalam mengatasi eksploitasi air tanah berlebih dan menghindari penurunan muka tanah (land subsidence) di perkotaan.
Dalam praktikum yang dilakukan dua hari berturut-turut, Kamis-Jumat, 20-21 Maret 2025 yang lalu, para mahasiswa TG24, Kelas A dan Kelas B, belajar cara mengukur infiltrasi dengan menggunakan alat double-ring infiltrometer yang tersedia di PEP Bandung. Fokus praktikum adalah pada pencatatan angka-angka yang diperlukan untuk pengolahan data selanjutnya, meliputi Dh, Dt, da DV sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, dan menghitungnya menggunakan rumus dari Horton. Selain itu, mereka pu belajar pula mengenali fakto-faktor yang memperngaruhi infiltrasi, yaitu: tekstur dan struktur tanah, dimana tanah berpasir memiliki angka infiltrasi lebih tinggi dibandingkan tanah liat yang memiliki pori-pori kecil; dan kandungan organik tanah, dimana tanah dengan kandungan bahan organik tinggi cenderung memiliki porositas lebih baik sehingga meningkatkan infiltrasi.
Faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi adalah kemiringan lahan, curah hujan, kondisi vegetasi, da kondisi tanah. Tanah yang lebih curam cenderung mengalami limpasan permukaan lebih besar, yang mengurangi infiltrasi. Curah hujan yang tinggi dalam waktu singkat dapat melebihi kapasitas infiltrasi tanah, menyebabkan limpasan permukaan atau dikenal sebagai banjir. Hutan dan vegetasi alami membantu meningkatkan infiltrasi dengan mengurangi erosi dan memperbaiki struktur tanah. Selajutnya, jika muka air tanah terlalu dekat dengan permukaan, infiltrasi akan terhambat karena tanah sudah jenuh air.
Pemahaman tentang infiltrasi sangat penting dalam berbagai bidang, mulai dari hidrogeologi hingga teknik sipil dan pertambangan. Dengan mengetahui angka infiltrasi, kita dapat merancang strategi untuk pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, mengurangi risiko banjir, serta memastikan keberlanjutan air tanah. Studi dari Robert E. Horton dan Oscar Edward Meinzer tetap relevan hingga kini dan terus menjadi dasar dalam berbagai aplikasi praktis dalam bidang hidrologi. Dari praktikum ini, kami belajar, bahwa bukan hanya mahasiswa yang belajar, melainkan kami juga, para dosen dan fasilitator serta asisten, tentang suatu topik lama dalam hidrologi dan hidrogeologi yang kedepan kiranya akan menjadi topik yang banyak digeluti kembali seiring dengan semakin sering terjadinta banjir di musim hujan, dan kekurangan air di musim kemarau.*** (penulis: Oman Abdurahman, pengampu MK Hidrogeologi PEP Bandung).