Pada tanggal 12 September 2024 bertempat di area Kampus Politeknik Energi dan Pertambangan (PEP) Bandung Gedung S.M. Sair BBPMB tekMIRA berlangsung A to Z Renewable Energy Seminar yang terselenggara oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM) bersama PEP Bandung. Kegiatan seminar ini dibuka langsung oleh Direktur PEP Bandung Dr. Asep Rohman, ST., MT. serta melibatkan dosen, mahasiswa dan civitas akademika PEP Bandung serta staf BPSDM ESDM dalam pelaksanaannya. Seminar berlangsung sebagai side event menuju penyelenggaraan 2nd Human Capital Summit 2025 yang direncanakan pada bulan Juni 2025.
Seminar ini bertema A to Z Renewable Energy memiliki bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran publik, khususnya kalangan akademik, industri, dan pemerintah, mengenai pentingnya transisi energi menuju sumber energi terbarukan.
2. Meningkatkan kesadaran kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten untuk mendukung industri energi terbarukan di masa depan.
3. Mendorong kolaborasi lintas sektor antara akademisi, industri, pemerintah, dan masyarakat.
4. Membangun jaringan kemitraan yang kuat antara PEP Bandung dengan berbagai pemangku kepentingan.
Seminar ini melibatkan banyak narasumber mulai dari pakar eksplorasi hingga kesiapan dunia pendidikan menghadapi tantangan transisi energi. Seminar dimulai dengan mengetahui “Roadmap Energi Baru Terbarukan di Indonesia dan Profil SDM yang Dibutuhkan” yang disampaikan oleh Dirjen EBTKE yang diwakili oleh Direktur Konservasi Energi Dr. Ir. Hendra Iswahyudi, M.Si. Dilanjutkan dengan “Ekplorasi Logam Tanah Jarang” yang disampaikan Dr. Ir. Armin Tampubolon, MSc. Dilanjutkan dengan “Proses Pengolahan dan Pemanfaatan Logam Tanah Jarang Indonesia untuk Mendukung Energi Baru Terbarukan” yang disampaikan Prof. Dr. mont. Zaki Mubarok, ST.,MT. Selanjutnya “Kesiapan Industri Pengolahan Monasit Sebagai dukungan Industri Energi Nuklir di Tahun 2033” disampaikan oleh Prof. Dr. Eng. Widhi Astuti, ST., MT. Untuk pertambangan dikhususkan terkait reklamasi dengan topik “Pemanfaatan Tanaman Reklamasi Tambang sebagai Energi Biofuel di Indonesia” oleh Badan Standardisasi Instrumen Pertanian Hera Nurhayati, S.P., M.Sc. Dilanjutkan dengan “Kesiapan PEP Bandung dalam Rangka Transisi Energi di Indonesia” yang disampaikan oleh Dr. mont. Imelda Hutabarat, ST., MT. Selanjutnya adalah “Membangun Investasi Energi Baru Terbarukan di Indonesia: Peluang dan Investasi” disampaikan oleh Deputi Investasi dan Pertambangan yang diwakili oleh Novia Fitriyati, S.P., M.T. Dan ditutup dengan “Kesiapan Riset Perguruan Tinggi dalam Mendukung Transisi Energi di Indonesia" oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Seminar ini telah memberikan wawasan mendalam mengenai tantangan dan peluang dalam pencapaian target Net Zero Emission 2060 dalam upaya mengatasi isu perubahan iklim dunia. Beberapa poin penting dari seminar A to Z of Renewable Energy adalah Pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa target strategis untuk mencapai Net Zero Emission melalui inisiatif transisi energi, termasuk peningkatan bauran energi terbarukan, penerapan teknologi baterai, dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang dijadwalkan dimulai pada tahun 2033. Seiring dengan upaya ini, kebutuhan akan logam, khususnya mineral kritis, diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Target Net Zero Emission dapat tercapai apabila kolaborasi lintas sektor terjalin secara efektif. Salah satu sektor yang berperan adalah sektor pertambangan. Selain dari lahan tambang yang masih aktif, lahan tambang yang telah selesai dieksploitasi memiliki potensi melalui reklamasi. Pemilihan tanaman reklamasi yang tepat, yang dapat digunakan sebagai bahan baku bio-fuel, bahan bakar rendah karbon, menjadi kunci utama dalam proses ini. Saat ini Indonesia telah menerapkan B35 dan menjaga target B40 di tahun 2025.
Pada eksplorasi logam tanah jarang terindikasi dalam ikutan timah alluvial dan terdapat dalam mineral seperti monasit, xenotim, zirkon dan ion adsoption clay. Keberadaannya juga terdeteksi dalam nikel laterit dan bauksit. Beberapa lokasi potensial seperti Bangka-Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sibolga telah terpetakan.
Inisiatif seperti ekstraksi scandium oleh Kelompok Riset Hidrometalurgi ITB dari presipitat besi tahap dua dari rangkaian pengolahan HPAL telah dilakukan. Final tailings juga dapat berpotensi sebagai umpan pemurnian scandium. Dalam prosesnya, rekoveri LTJ perlu mempertimbangkan handling mineral unsur radioaktif koeksis seperti uranium dan torium. Kedua unsur ini merupakan bahan baku utama dalam pembuatan bahan bakar nuklir. Dalam hal ini, produksi thorium serta RE oksida telah berhasil dilakukan oleh Pusat Riset Teknologi Pertambangan BRIN dari mineral monasit. Optimasi produksi terus dilakukan pada skalapilot plant dan menghasilkan beberapa paten. Jika kita telaah, dengan banyaknya potensi LTJ untuk berbagai macam teknologi, roadmap dan arah pengembangan industri perlu dibuat dengan jelas. Hal ini diharapkan mampu mendukung peningkatan investasi dan komersialisasi riset sektor hilirisasi mineral kritis.
Untuk menjawab tantangan ini, Kemenkomarves menyebutkan Prioritas pengembangan industri mengarah kepada industri baterai dan panel surya.Dalam mendukung cita cita mulia ini, pengembangan SDM dengan sinkronisasi kualifikasi green jobs menjadi hal yang penting. PEP Bandung dan BPSDM ESDM, sebagai unit kerja di bawah Kementerian ESDM, berkomitmen untuk mengembangkan kurikulum untuk mempersiapkan SDM kompeten dalam mendukung agenda net zero emission. Inisiatif ini tercermin pada pelaksanaan tridharma PEP Bandung. Hal ini juga seiring dengan inisiatif yang dilakukan oleh DRTPM - Diktiristek yang disampaikan oleh Dr. Ir. Yuli Setyo Indartono (ITB) dalam menyiapkan ekosistem riset bidang energi. Dengan begitu, SDM yang mumpuni dan riset yang berkualitas akan mendorong penguasaan teknologi hijau di dalam negeri.
Sebagai penutup, kesuksesan transisi energi memerlukan antara akademisi, industri, pemerintah, dan masyarakat. Seminar ini merupakan langkah awal yang penting, dan salah satu bentuk tindakan nyata kita semua dalam mendukung pencapaian target net zero emission 2060 (sumber: Wrap Up Hasil Seminar A to Z)