Acara puncak kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tahun ke-2 digelar pada Sabtu (29/06/2024) di desa Jelegong, kec. Kutawaringin, kab. Bandung. Acara berlangsung mulai pkl. 09.00 s.d 10.30 WIB yang dihadiri oleh mahasiswa prodi Teknologi Geologi 2022, masyarakat desa Jelegong, paguyuban Bale Majukenlembur, dan Anggota Gelar Pusaka Mahmud Ulin Bandungan Sukawangi Jelegong.
Setibanya mahasiswa dan tamu undangan acara dibuka dan disambut meriah dengan adanya penampilan pencak silat oleh adik-adik dari Gelar pusaka Mahmud Ulin Bandungan Sukawangi Jelegong. Tidak hanya menampilkan seni yang ada dalam bela diri, tetapi juga kelihaianya dalam bermain pedang. Setelah pernampilan seni, Dr. Ir Priatna, M.T. memberikan pengantar selaku ketua pelaksana pengabdian kepada masyarakat “Penataan dan Promosi Curug Jompong”. Pak Priatna menyampaikan harapan semoga dengan adanya pengabdian kepada masyarakat di Curug Jompong ini menjadi langkah awal untuk penataan dan promosi di tempat-tempat lain, tidak hanya di lingkup masyarakat sekitar tetapi juga dimedia sosial sehingga menjadi booming dan tahun depan akan ada pelatihan terkait bagaimana mengelola wisata, teknik mengambil gambar dan promosi Curug Jompong. Kedepanya sarana dan prasarana Curug Jompong dibenahi dan ditata.
Sambutan dari bapak Dr. Denny Lumban Raja, S.Kom., M.T selaku ketua Program Studi Teknologi Geologi PEP Bandung. Beliau menyampaikan bahwa pengabdian kepada masyarakat tahun ini merupakan tindak lanjut dari penelitian para dosen geologi tahun sebelumnya yang diketuai oleh bapak Ir. Sabtanto Joko Suprapto, M.T. karya dari penelitian di Curug Jompong tidak hanya memberikan ilmu bagi mahasiswa PEP Bandung tetapi juga mahasiswa geologi ITB dan juga bermanfaat bagi masyarakat terkait informasi ilmu kebumianya Curug Jompong. Setelah adanya kegiatan tidak hanya bermanfaat dari segi keilmuannya tetapi dapat mendukung pedagang dan usaha-usaha kecil di sekitar Curug Jompong.
Kemudian sambutan yang kedua yaitu dari RW desa Jelegong oleh bapak Dede Sumpena. Beliau sangat berterimakasaih dan mendukung penuh adanya kegiatan ini untuk menggali potensi Curug Jompong, beliau menceritakan bahwa Curug Jompong ketika masih ada air dan curug yang besar banyak ikan dan beliau kerap menangkapnya, akan tetapi Curug Jompong telah lama terkubur. Kegiatan ini tidak hanya didukung oleh satu RT saja tetapi seluruh warga desa Jelegong untuk mempromosikan dan membangun Curug Jompong.
Dalam sambutannya Bapak Aef selaku ketua Bale Majukeun lembur merasa sangat bahagia atas perhatian PEP Bandung terus melakukan penataan dan ikut memberikan pembinaan kepada masyarakat Jelegong. Dalam Acara ini Pak Aef menghadirkan Hadas TV untuk melakukan peliputan sehingga acara dapat tersiar di Jawa Barat.
Sambutan dari bapak Ir. Sabtanto Joko Suprapto, M.T. mewakili direktur Politeknik Energi dan Pertambangan Bandung. Beliau menyampaikan hasil penelitian dari Politeknik Energi dan Pertambangan Bandung ternyata berkelanjutan dan oleh bapak Priatna di proyeksikan untuk tahun depan itu pelatihan geowisata di Curug Jompong. Menceritakan terkait hasil penelitian Curug Jompong, Bandung dulunya adalah sebuah danau, dulu terdapat danau purba yang merendam kota Bandung. Ternyata sampai saat ini Curug Jompong merupakan titik lokasi bobolnya danau purba tersebut. Dari kesimpulan hasil penelitian Curug Jompong beliau dkk yang akan menjadi bekal bagi mahasiswa, bahwa umur batuan beku di Curug Jompong adalah 4 juta tahun yang lalu. Dan pada umur 2 juta tahun yang lalu Jawa Tengah dan Jawa Timur masih menjadi lautan tetapi Jawa Barat sudah menjadi daratan. Berjejeran di Jawa ini, emas di Banten yang luar biasa seperti Cikotok, Pongkor, Cianjur, Garut sampai di Banyuwangi. Emas yang terbentuk di Cikotok, Cianjur, sampai ke Banyuwangi, Sumbawa, Papua, dari hasil penelitian terbentuk pada umur Plio-Plistosen atau 2 juta tahun yang lalu. Dari hasil penelitian mereka terobosan atau magma yang umurnya 4 juta tahun yang lalu, ternyata tidak subur tidak membawa emas dengan kadar tinggi. Batuan intrusi pembawa emas dengan kadar tinggi, tembaga dengan kadar tinggi berumur Plio-Plistosen atau 2 juta tahun yang lalu. Ketika Jawa Tengah dan Jawa Timur masih Lautan dan Jawa Barat sudah menjadi daratan. Pesan dari beliau kepada mahasiswa adalah “ketika ingat emas maka ingat Jawa Barat bahwa ketika emas terbentuk Jawa Barat sudah daratan”. Jadi ketika mencari emas di Kalimantan, Sulawesi, Papua dan di Halmahera, ada intrusi yang umurnya 4 juta tahun lalu, 10 juta tahun lalu itu artinya tidak ada emasnya. Karena Jawa Barat, Sumbawa, sampai Papua, sampai Sulawesi itu terbentuk oleh magma yang subur umurnya Plio-Plistosen atau 2 juta tahun yang lalu. Kesimpulan tersebut ada setelah beliau melakukan penelitian di Curug Jompong, yang bisa menjadi acuan bagi para yang melakukan eksplorasi emas.
Acara selanjutanya merupakan acara inti yaitu Penyerahan Aset Curug Jompong dari Politeknik Energi dan Pertambangan Bandung yang diwakili oleh ketua pelaksana bapak Priatna kepada Pengelola Curug Jompong atau RW oleh bapak Dede Sumpena yaitu dengan penandatanganan dokumen oleh kedua belah pihak.
Prof. Nana Sulaksana dari Universitas Padjajaran (Unpad) memberikan sambutan pada acara ini. Beliau sangat bergembira dan mengapresiasi atas kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan penelitian di Curug Jompong ini telah dilaksanakan dengan baik. Dari tahun pertama yaitu identifikasi permasalahan, tahun kedua penataan dan promosi Curug Jompong dan menghasilkan infrasutruktur yang sudah mulai dibentuk, sudah terdapat sarana untuk bertemu dan berkumpul dan sebagainya. Tetapi adanya pengabdian kepada masyarakat tidak bisa selamanya, akan berhenti di kurun waktu tertentu. Untuk itu ditahun ketiga akan ada program bimbingan kepada masyarakat dan pemandu wisata terkait objek wisata Curug Jompong, karena disini merupakan aset penting terutama bagi geologist. Situs dimana surutnya danau bandung purba karena salahsatunya adalah adanya Curug Jompong. Untuk kedepan yaitu penguatan masyarakat dan bimbingan teknis bagaimana cara mengelola wisata karena tanpa adanya kerjasama dari masayarakat dan tidak dinikmati oleh masyarakat pegabdian yang dilakukan oleh perguruan tinggi akan sia-sia.
Selanjutnya dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) bapak Heryadi Rachmat memberikan sambutan. Beliau memberikan menyampaikan bahwa geowisata itu tidak hanya menjadi objek dari universitas tetapi juga objek wisata bagi para pengunjung Curug Jompongnya. Karena geowisata ada 3 unsur yaitu keragaman geologinya, keragaman biologinya flora faunanya, dan keragaman budaya. Semua itu harus dilestarikan, seperti penampilan pencaksilat dari adik-adik desa Jelegong yang merupakan budaya yang khas di Curug Jompong ini. Beliau dan rekan-rekanya secara sukarela akan memberikan bantuan pelatihan untuk pemuda-pemudi desa Jelegong untuk menjadi pemandu, tidak harus berpendidikan tinggi SD, SMP, SM, semua dapat mengikuti pelatihan ini.
Kemudian yaitu terkait rencana kegiatan selanjutnya di Curug Jompong yang disampaikan oleh bapak Ronald Agusta. Beliau sangat bergembira dan menyambut baik dengan adanya pengabdian kepada masyarakat di Curug Jompong ini. Beliau menyampaikan bagaimana cara promosi, seperti semua peserta yang hadir di kegiatan ini mengupload kegiatan ini di media sosial. Tidak hanya hari ini saja tetapi rutin dilakukan, sehingga dapat dilihat oleh banyak orang dilingkup lokal bahkan sampai manca negara. Apa yang ditampilkan harus menarik, apa yang ditulis harus memberikan pengetahuan dan manfaat.
Acara pengabdian kepada masyarakat terkait penataan dan promosi Curug Jompong ditutup dengan penampilan seni pedang dan beladiri dari Anggota Gelar Pusaka Mahmud Ulin Bandungan Sukawangi Jelegong. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan ramah tamah yaitu dengan makan bersama.